Tempat yang menjadi salah satu favorit kami untuk menghabiskan akhir pekan Ada lah di desa.
Untuk beberapa orang tua, mereka ada yang menganggap ke desa hanyalah sarana untuk refreshing. Tapi di mata anak, justru tempat ini adalah media belajar yang paling menarik. Belajar (bukan melulu ABC Dan 123 ya… )
Toleransi
Rumah mbah di kampung tentu tak sama dengan rumah kami di kota. Lantai tanah, mandi air sumur yang dingin, kamar mandi tidak berkeramik, kamar tidur tanpa AC.
Sensorial
begitu banyak yang disentuh oleh anak ketika berada di Alam. Pasir, tanah, dedaunan, beraneka warna bunga dan tumbuhan. Sensori suara, dari suara binatang, angin, jengkerik, itik. Benar-benar berbeda dengan deru kendaraan atau sirine ambulan di kota.
Imajinasi
aah, mungkin saya harus berhenti berbicara tentang imajinasi. Karena kehidupan anak semua berawal dari sini. Gundukan tanah yang berubah menjadi pegunungan Himalaya beserta tim pendaki dan kru penyelamat. Jembatan yang pada mulanya hanya menjadi tempat testing keseimbangan, kemudian jadi tempat jungkat-jungkit, lalu menjadi landasan terbang (daun ketepeng kering menjadi sayap).
Berbahasa dan komunikasi
Bermain di dalam grup. anak belajar untuk bertoleransi, berbicara, bernegosiasi, bertanya dan menjelaskan, bertukar ide.
Jadi, ketika kita memiliki fikiran bahwa belajar harus duduk di bangku sekolah dibimbing oleh guru, disini kita juga harus belajar untuk mengingat, bahwa para orang tua dan alam sekitar adalah guru terbaik untuk anak usia pra-sekolah.
Jadi, pandemi atau tidak… yuk para orang tua untuk selalu membawa anak bermain diluar :-)
No comments:
Post a Comment